Sejarah Tersembunyi di Balai Pakaian Paus: Menyisir Arti tersembunyi dalam Tradisi Katolik

Untuk umat Katolik di seluruh dunia, Paus dikenal sebagai pemimpim tertinggi, Uskup Roma, serta ketua Gereja Katolik. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa Paus juga menjadi penguasa negara atas wilayah berdaulat yakni Negeri Kota Vatikan. Ini karena dalam kurun waktu lebih dari satu milenium, Paus telah mengawasi banyak area di Italia dan secara substansial mempengaruhi negera-negara dan kekuasaan-kekuasaan lainnya.

Singkatnya, dalam mayoritas sejarahnya, paus telah menjadi seorang pemimpin absolut yang menjalankan suatu kerajaan. Yang menarik, gaya busana mereka tetap tidak berubah sampai hari ini. Perlu diingat bahwa tiap item pakaian kepausan membawa makna khusus; misalnya, ada warna-warna dan jenis pakaian eksklusif bagi paus serta seragam yang dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan spesifik.

Sebenarnya, busana yang dipakai oleh Paus memiliki nilai simbolis khusus. Oleh karena itu, baju yang ia kenakan tak bisa disamakan dengan pakaian biasa. Mulai dari topi di atas kepala sampai sepatu di ujung kakinya, setiap elemennya punya maknanya sendiri. Menariknya lagi, peralatan serta aksesori resmi tersebut datang dari sebuah butik kecil di Roma yang sudah memenuhi kebutuhan para Paus sejak tahun 1798. Berikut adalah pengetahuan tentang asal-usul dan cerita dibalik kostum Paus.

1. Mitra

Salah satu atribut populer yang melekat pada pemimpin agung tersebut adalah mitra, sebuah topi bertepih mirip mahkota yang dilengkapi hiasan emas. Hanya lelaki yang telah mencapai pangkat uskup atau di atasnya saja yang dapat memakainya. Walaupun begitu, mitra ini kerapkali disebut-sebut sebagai simbol khas paus. Bentuknya yang seperti mahkota membuat perhiasan kepala istimewa itu mulai muncul sekitar masa Abad Pertengahan Kedua belasan. Akan tetapi, terdapat juga kalangan pakar Gereja Katolik yang yakin jika item ini telah digunakan semenjak zaman Saint Peter sang rasul, yakni ketika ia menjadi Paus pertama.

Kolaborator dapat disebut-sebut sebagai ikon kekuasaan paus, mengidentifikasinya sebagai Uskup Utama dalam Gereja Katolik. Terdapat tiga varian dari kolaborator, yakni kolaborator simplex berwarna putih polos yang dipakai saat menghadiri acara-acara resmi seperti pemakaman. Kemudian ada mitra auriphrygiata Yang dilengkapi dengan emas, digunakan saat upacara penebusan dosa. Di akhir ada mitra pretiosa yang hiasannya terbuat dari berlian, dipakai pada hari libur besar dan minggu-minggu biasa.

Dikutip Catholic Answers , dilipat menjadi dua pada sisi belakang (dengan ikatan berbentuk pita) awalnya diciptakan supaya mitra tersebut tetap aman ketika dipakai. Akan tetapi, saat ini kedua lipatan itu mewakili kewajiban untuk menaati baik jiwa maupun nalar dari kitab suci. Sementara itu, dua ujung atas mitranya mencerminkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terkandung dalam Alkitab.

2. Stola dan pallium

Setiap imam Katolik umumnya dikenali memakai stola, yaitu segmen kain lebarnya antara 5-10 centimeter dan panjangnya kurang lebih 2,4 meter, seperti yang telah diuraikan. Britannica Stola dilukis dengan motif-motif Kristen, khususnya salib. Stola dapat dipakai dengan cara dibelah di depan atau tetap ditenteng secara vertical.

Warna stola bervariasi tergantung pada kode warna liturgi. Akan tetapi, stola paus umumnya berwarna putih, memiliki makna khusus. Stola ini kerapkali dilihat sebagai lambang kekekalan serta melambangkan salib ketika Yesus membawa salib menuju penyaliban-Nya. Oleh karena itu, stola tersebut mengajarkan tentang arti pengorbanan dan tanggung jawab yang dipikul oleh setiap imam.

Sebenarnya, terdapat juga kain yang serupa dengan stola, yakni pallium. Pallium merupakan semacam selempang collar yang dibuat dari bulu domba dengan sisi depan dan belakang yang menjuntai. Pallium Awalnya berasal dari pakaian zaman kuno di Yunani, namun kemudian berkembang menjadi sebuah sapu tangan spesial yang dipakai oleh para pemegang posisi otoritas untuk menandakan status mereka.

Paus sendiri menganugerahkan pallium Untuk uskup danuskup agung sebagai tanda keterikatan mereka. Akan tetapi, hanya uskup yang boleh memakai pallium dalam daerah kekuasannya sendiri. Di sisi lain, paus berhak menggunakan pallium di setiap tempat. Pallium ini terbuat dari bulu dombanya. pallium menjadi ikon paus sebagai pemimpin spiritual untuk jemaatnya.

3. Cassock

Cassock (jubah) sudah jarang dipakai secara luas sekarang ini. Sebabnya, cassock Tidak pernah digunakan sebagai pakaian liturgi, karena pada awalnya adalah baju yang dipakai oleh masyarakat umum di Kekaisaran Romawi dan seterusnya selama Abad Pertengahan (termasuk juga para imam). fashion mengalami perubahan, cassock sudah tidak sepopuler dulu.

Namun demikian, para imam Katolik tetap memakai cassock karena enggan menerima perkembangan, dan tidak disebabkan oleh pertimbangan yang lebih dalam. Dalam era kontemporer, cassock sulit dipakai setiap hari, namun tetap merupakan elemen krusial dalam busana paus dan digunakan sebagai seragam sehari-hari. Cassock digunakan paua ketika bukan sedang melakukan ibadah agama.

Seperti yang dicatat oleh Beliefnet , cassock Masih dikenal sebagai "seragam" untuk para imam Katolik. Sehubungan dengan, cassock Yang dipakai oleh Paus mencerminkan kesatuanannya dengan gereja. Sebagian besar cassock berwarna gelap (pendeta dengan pangkat tinggi seperti kardinal memakaiصند cassock hitam). Namun, cassock Yang dipakai oleh Paus yang berwarna putih untuk melambangkan otoritas dan ciri khasnya dalam gereja.

Para paus awalnya mengenakan cassock Karena sedang menjadi trend di zamannya, namun sejalan dengan peningkatan kekuasaan dan prestise para paus, pakaian mereka juga mulai mencerminkan simbol-simbol otoritas dan kekuasaan. Akhirnya, cassock Putih dijadikan standar untuk busana paus oleh Paus Inosensius V, yang dipilih pada tahun 1276. Karena merupakan anggota Biara Dominika, Paus Inosensius V tetap memakai jubah berwarna putih khas Ordo Dominika. Dampak dari kebiasaan ini sangat luas hingga para pemimpin suksesor ikut meniru gayanya tersebut. cassock putih.

4. Zucchetto

Dalam agama Islam, Anda mungkin sudah familiar dengan peci. Namun, topi bulat yang umumnya dipakai oleh Paus serta para pastor Katolik seringkali disebut sebagai zucchetto. Pada awalnya, topi berbentuk tanpa pinggiran tersebut dipakai oleh orang-orang Romawi Kuno. Zucchetto Pun berkembang dan menjadi elemen dalam pakaian resmi para pendeta sejak abad ke-13.

Fungsi zucchetto sesungguhnya bertujuan melindungi kepalanya paus dari terpaan sinar matahari. Zucchetto Dipakai di bawah mitra untuk melindungi pendeta yang memiliki rambut disisir dengan tonsur, yaitu model rambut yang membotaki bagian atas kepala sebagai simbol keterpanggilan spiritual. Jadi, saat digunakan oleh paus, zucchetto Merupakan ikon penyatuan. Ini mengindikasikan bahwa Paus memakai pakaian mirip dengan para pendeta lainnya, mencerminkan sifat rendah hatinya.

Warna zucchetto Beragam. Variasi warna tersebut digunakan untuk melambangkan tingkatan dalam Gereja Katolik. Hanya Paus saja yang memakaiwarna khusus itu. zucchetto Putih. Di sisi lain, para kardinal memakai warna merah gelap. Sedangkanuskup menggunakan pakaian berwarna diversasinya tidak diubah. amaranth (warna serupa dengan jingga lembut), sedangkan para pendeta junior memakai pakaian berwarna hitam. Uniknya, terdapat suatu kebiasaan bila seseorang menyampaikan gift zucchetto kepada Paus, niscaya beliau akan menghadiahkan apa pun miliknya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menjadikan suatu kenangan untuk mereka yang berkesempatan bertukar. zucchetto dengan paus.

5. Mozzetta

Mozzetta Jubah tradisional paus ini sangat khas. Mungkin bisa dikatakan, mozzetta Merupakan sebuah jubah pendek yang mencapai siku, dan umumnya dipakai bersamaan dengan stola. Mozzetta Juga dipakai sebagai bagian dari seragam koro paus, yang digunakan dalam ibadah publik serta ketika membimbing doa bersama.

Mozzetta Tersedia dalam beberapa tipe. Satin merah dipakai pada masa kemarau. Mozetta Beludru berwarna merah yang dilengkapi bulu putih dipakai ketika cuaca sedang dingin. Kemudian mozetta Kain serge berwarna merah dipakai ketika membimbing misa untuk mereka yang telah wafat. Terdapat pula mozzetta Kain berwarna merah untuk Prapaskah dan Adven, serta mozzetta Paskah yang dipakai saat hari Easter.

Mozzetta merupakan salah satu baju paling berarti yang dipakai oleh paus, menggambarkan otoritas dan kedaulatan tertinggi di dalam gereja. American Magazine menyebutkan bahwa Paus Benediktus XVI tetap memakai mozzetta. Akan tetapi, ketika Paus Benediktus XVI mundur dari jabatannya dan digantikan oleh Paus Fransiskus, sang penerus memutuskan untuk tidak menggunakan tersebut. mozzetta ketika muncul untuk pertama kalinya sebagai Paus. Itu langsung mengagetkan komunitas Katolik.

Sepertinya, Paus Fransiskus sangat menekankan rendah hati. Kebijakannya untuk tak memakai jubah pausatnya tersebut mencerminkan hal itu. mozzetta Dianggap sebagai perlawanan terhadap otoritas dan kemegahan sang paus. Walau bagaimana pun, banyak jemaah Katolik juga merasakan ketidaknyamanan atas keputusan Paus Fransiskus tersebut.

6. Sepatu merah paus

Umumnya, seorang paus memakai sepasang sepatu berwarna merah. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa dalam zaman dahulu, merah merupakan warna yang sangat mahal dan jarang ditemukan untuk busana. Oleh karena itu, hanya sang raja, kaisar, serta paus (sebagai individu yang setara dengan para monarki saat itu) saja yang boleh menggunakan warna tersebut. Bahkan, paus menjuluki dirinya dengan pakaian seluruh badan bermotif merah sebagai tanda otoritas tertinggi mereka.

Akan tetapi, perubahan terjadi diabad ke-16 saat Paus Pius V memodifikasi jubah kepausan yang tadinya berwarna merah menjadi putih. Meski demikian, sepatu serta beberapa atribut lain seperti topi dan jubah para pemuka agama ini tetap dipertahankan dalam nuansa merah. Tradisi penggunaan sepatu merah oleh para kepala gereja ini pun dilanjuti sampai era Kepausan John Paul II pada tahun 1978. Untuk menunjukkan kesederhanaannya, Paus John Paul II lebih memilih untuk menggunakan sepatu bercorak coklat biasa daripada sepatu merah yang kontras.

Tahun 2005, Paus Benediktus XVI memakai lagi sepatu berwarna merah, namun hal tersebut menjadi sumber perdebatan. Beberapa orang menduga bahwa pilihan sepatunya terlihat terlalu mencolok. Bahkan, ada spekulasi yang menyebutkan bahwa sepatunya dibuat oleh brand Terkenal karena kemewahan dan glarnornya, namun ketika Paus Fransiskus menjabat sebagai pemimpin pada tahun 2013, dia enggan menggunakan sepatu berwarna merah. Dia tampil di hadapan publik dengan alas kaki berupa sepasang sepatu hitam yang biasa saja.

7. Mantum

Kamu mungkin sudah pernah menemui gambar paus berpakaian serba formal layaknya kaisar dari Zaman Pertengahan. Misalnya saja ketika paus memakai mantum istirahat, pakaian longgar yang tampak kaku seperti jubah. Mantum Biasanya hiasan dari permata dan benang emas digunakan pada pakaian tersebut. Pakaian ini memiliki kemiripan dengan jenis pakaian liturgi lainnya yang dipakai oleh para imam, yaitu cope, namun mantum agak lebih panjang.

Hanya paus saja yang boleh memakai itu mantum. Itu sebabnya mantum adalah simbol otoritas paus, atau menjadi elemen penting dalam pakaian formal kepausan. Diambil dari sumber tersebut. CatholicSay , mantum yang dipakai oleh paus terbaru ketika dia dilantik menjadi paus (penobatan).

Mantum Dulu, berwarna merah karena warna jubah paus dulu adalah merah, namun saat ini biasanya berwarna putih dan emas. Paus Paulus VI berhenti menggunakan jubah tersebut. mantum. Akan tetapi, Paus Benediktus XVI membangkitkan kembali pakaian itu saat ia menjabat.

8. Triregnum

Triregnum Atau Tiara Kepausan merupakan sebuah mahkota yang terdiri dari tiga tingkatan. Sejarahnya triregnum Ini dimulai di masa abad ke-9, dengan tambahan lapisan kedua pada akhir abad ke-13, disusul oleh penambahan lapisan ketiga pada abad ke-14. Triregnum menunjukkan kedaulatan tahta vatikan di atas seluruh raja dan pemimpin lainnya.

Seperti yang dikutip The Washington Post, paus diberi triregnum Pada saat pengangkatan sampai tahun 1978, ketika John Paul I menolak untuk menggunakan mahkota tersebut. Walaupun demikian, Paus Paulus VI tetap memakainya. triregnum ketika dia diangkat menjadi paus. Kemudian beberapa tahun setelahnya, dia melakukan penjualan tersebut. triregnum yang bertujuan untuk mendukung kegiatan amal, berupaya modernisasi birokrasi vatican, serta agar tidak terdengar terlalu kolonialistis. Dari titik tersebut, Triregnum telah kehilangan popularitasnya di antara para pemimpin gereja.

Pada tahun 1978, paus memakai mitra bukan topi. triregnum. Akan tetapi, Vatikan masih menyimpan sejumlah hal tersebut. triregnum. Sebaliknya, tak ada peraturan yang melarang paus untuk memakainya bila dia mau.

9. Camauro

Camauro Yang dipakai oleh Paus, menyerupai topi Santa Claus, tetapi tidak memiliki bola putih di puncanya. Uniknya, camauro Hanya boleh dipakai oleh paus. Kecuali bentuknya yang menyerupai topi Santa Klaus, camauro Sama seperti topi yang dipakai para ahli di abad pertengahan.

Awalnya, camauro Tidak memiliki arti khusus secara simbolik. Pada awalnya, topi tersebut diciptakan untuk melindungi kepala paus supaya tetap hangat ketika dia mengawasi upacara misa selama cuaca dingin. Selain itu, pada Zaman Pertengahan, teknologi penghangat masih belum sedemikian canggih seperti yang kita miliki hari ini. Oleh karena itu, gedung-gedung Gereja lama waktu itu seringkali menjadi tempat yang sangat sejuk dan angin bertiup dengan keras. Maka pertanyaannya adalah, mengapa? camauro Berwarna merah terang? Dahulu, warna merah merupakan simbol kekaisaran, sebab pada dasarnya menggambarkan otoritas.

Paus John XXIII menjadi paus terakhir yang memakai camauro, namun Paus Benediktus XVI sempat menampakkan diri di hadapan umum sambil memakai camauro. Sebagaimana dicatat oleh Pastor James Martin The New York Times , kemunculan camauro Bersamaan dengan beberapa pakaian kepausan lama yang lain, sebagian besar orang mengira bahwa Paus Benediktus XVI memiliki tendensi lebih menuju sifat konservatif dan tradisional dalam hal-hal berkenaan dengan nilai-nilai kepausan.

10. Saturno

Pada umur 78 tahun, Joseph Ratzinger dilantik sebagai Paus Benediktus XVI pada tahun 2005. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, The Guardian , Paus Benediktus XVI memberikan dampak signifikan terhadap gaya kepemimpinannya sebagai paus. Dia sering menggunakan berbagai jubah kepausan kuno serta memakai pakaian resmi yang bernuansa tradisional.

Paus Benediktus XVI pernah terlihat memakai saturno-- Juga dikenal sebagai Cappello Romano. Topi dengan tepi yang lebar itu dianggap serupa sepertiصند sombrero, Topi unik asal Meksiko. Selain itu, para pendeta diperbolehkan memakainya. , hanya paus yang berhak memakainya saturno Merah menggunakan tali emas. Ya, sama halnya yang telah kita diskusikan sebelumnya, warna merah pada awalnya mewakili kekuasaan dan otoritas. Oleh karena itu, pemilihan Paus Benediktus XVI memakai topi saturno berwarna merah dapat dipandang sebagai bentuk penghargaannya kepada kekuatan sekular yang dahulu dikendalikannya oleh para pontifik.

Namun, Catholic News Live menerangkan bahwa Paus Benediktus XVI memakai topi saturno Karena tepinya yang luas dapat menutupi kepala dari paparan sinar matahari dan hujan. Secara singkat, topi tersebut memiliki fungsi tersendiri.

11. Kasula

Kasula ialah busana biasa yang dipakai oleh para imam Katolik. Ini adalah pakaian luar yang digunakan oleh mereka ketika merayakan Misa. Sebelumnya, kasula sempat jadi bagian dari pakaian untuk warga awam maupun imam, namun sejak abad keenambelasan, baju ini berubah menjadi seragam khusus bagi pengurus gereja.

Paus pun menggunakan kasula ketika menyelenggarakan misa. Akan tetapi, seluruh casula tersebut memiliki kode berwarna sesuai dengan aturan liturgi agama Kristen. Sebagaimana telah disebutkan oleh CNN , sang paus akan memakai jubah hijau kebanyakan dalam misa tersebut. ordinary time Selama masa advent dan prapaskah, paus akan memakai jubah berwarna ungu.

Selanjutnya, dua kali setiap tahun, yaitu saat Minggu Gaudete (ketiga dari masa advent) dan Minggu Laetare (keempat dari masa prapaska), paus biasanya memakai kasula dengan warna mawar. Ini menunjukkan bahwa periode tersebut mendekati akhir dan perayaan pun tak lama lagi datang. Warna putih digunakan pada waktu Natal beserta momen penting lainnya. Sementara itu, casula berwarna merah dipakai di Hari Palm Sunday, Good Friday, dan Pentecost Sunday. Terdapat juga jenis kasula bernuansa hitam dan kuning yang kadang-kadang dipergunakan dalam beberapa kesempatan khusus, walaupun jarang keliatannya.

Menurut James Monti dalam karyanya yang berjudul Sebuah Rasa Kehormatan Sulam digambarkan sebagai ikon cinta. Sebab, cinta merupakan puncak segala kebaikan. Oleh karena itu, jubah luar yang dipakai oleh imam atau paus perlu mencerminkan nilai tersebut.

12. Fanon

Fanon Salah satu elemen dari simbol otoritas kepausan yang kurang dikenali oleh publik. Mayoritas orang hanya mengetahuinya secara terbatas, fanon kelihatan mirip dengan stola atau jenis jubah. Sama halnya seperti penjelasan yang disampaikan oleh New Advent , fanon adalah sejenis kain yang berbentuk bundar dengan lubang di bagian tengahnya.

Kain ini berpola garis putih dan emas, dengan tambahan sebuah salib kecil yang bordir di depannya. Baju itu sebetulnya merupakan pakaian lama yang berkaitan dengan simbol kepausan dari era permulaan Gereja Katolik. Sebelumnya, fanon Tidak terbatas pada penggunaan paus saja, melainkan juga oleh seluruh para pendeta. Akan tetapi, diabad ke-12, fanon hanya diperuntukkan bagi paus.

Sebab itu, gaya busana kepausan telah berevolusi dengan menekankan sisi kemudahannya mulai dari era kepemimpinan Paus Paulus VI di tahun 1960-an. Akan tetapi, perkembangan tersebut berbalik arah saat Paus Benediktus XVI dilantik pada 2005. Paus Benediktus XVI justru lebih cenderung menggunakan model tradisional dalam seragam kepausan, termasuk fanon. Fanon Dihargai sebagai elemen yang krusial dalam kelangsungan papal succession. Oleh sebab itu, pilihan Kepala Suci Benediktus XVI untuk memakai fanon Menunjukkan tekadnya untuk memulihkan gereja kepada jejak agama lalu.

Sama seperti sejarah kepausan yang kaya akan detail dan luas, ternyata seragam para paus juga mempunyai latar belakang yang tidak kalah menarik. Seragam mereka membawa berbagai macam cerita serta sarat dengan arti terselubung. Jadi, mulai saat ini Anda pasti telah mengenal lebih dalam tentang pakaian apa saja yang biasa dipakai oleh para paus.

Anjay Put
Anjay Put Special herbal dan obat kuat terpercaya

Posting Komentar untuk "Sejarah Tersembunyi di Balai Pakaian Paus: Menyisir Arti tersembunyi dalam Tradisi Katolik"