
romero.CO.ID - JAKARTA . Pengolahan hilir nikel berupa baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) tetap membutuhkan ekosistem yang sehat agar dapat tumbuh dengan baik.
Keputusan konsorsium LG Energy Solution Ltd ( LGES), yang mencakup LG Energy Solution, LG Chem, dan LG International, agar tidak meneruskan proyek baterai kendaraan listrik yang terpadu tersebut. Indonesia Battery Corporation (IBC), lewat proyek Titan-nya, terpengaruh antara lain oleh ketersediaan lingkungan bisnis baterai kendaraan listrik yang didasarkan pada nikel. Nickel Manganese Cobalt (NMC) di pasaran global.
Sebelumnya, VP Commercial and Marketing Indonesia Battery Corporation (IBC) Bayu Hermawan mengatakan bahwa penyebab utama penarikan diri konsorsium LG disebabkan oleh adanya modifikasi berkaitan dengan persyaratan baterai kendaraan listrik pada skala dunia.
" K ey challenge pula dari mereka (LG), karena market Mereka memang NMC, tentu saja. market -nya ke Eropa, Amerika, dan semacam itu," ujar Bayu ketika ditemui di Jakarta, Kamis (24/04).
Perlu dicatat bahwa ekosistem baterai yang direncanakan oleh IBC bersama dengan konsorsium LG merupakan baterai kendaraan listrik (EV) menggunakan teknologi nikel atau lebih spesifiknya Lithium-ion Nickel Manganese Cobalt Oxide (Nickel Manganese Cobalt - NMC).
Menurut Direktur Utama Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) Hendra Sinadia Di sektor industri EV, baterai EV, dan nikel saat ini tengah berada dalam keadaan tidak stabil.
Dimana kebutuhan global akan nikel tetap dikuasai oleh industri baja tidak berkarat dengan persentase kira-kira 65% dari keseluruhan permintaan nikel di seluruh dunia. Di sisi lain, untuk baterai kendaraan listrik baru mencapai sekitar 13-15%.
"Pelaku industry Nikel Indonesia beserta asosiasinya sekarang sepertinya tengah mengamati keadaan dan dinamika pasaran nikel global," ujar Hendra ketika dihubungi, Senin (28/04).
Perlu dicatat, smelter nikel tersebut mampu memproses Bijih nikel merupakan bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis elektrik dan hal ini menjadikan smelter yang menggunakan teknologi sebagai aset vital. High-Pressure Acid Leaching (HPAL).
Namun demikian, Hendra menyatakan bahwa hingga kini IMA belum menerimalaporan tentang penundaan pembangunan beberapa pabrik pengolahan dan pemurnian bijih logam (HPAL) di Indonesia.
"Sejauh ini dan sesuai dengan informasi yang tersedia bagi kita, beberapa proyek HPAL masih dalam tahap pembangunan. Sampai saat ini, kami tidak mengetahui adanya penundaan atau pencabutan investasi HPAL di Indonesia," jelas Hendra.
Dari segi hilir industri nikel, Dewan Penasihat Asosiasi Pertambangan Nikel Indonesia ( Menurut APNI, Djoko Widajatno menyatakan bahwa pengurangan permintaan terhadap baterai yang menggunakan nikel dapat mengakibatkannya menurun. ermintaan nikel kelas 1.
"Ini yang h igh grade nicke l ya. D Lebih lanjut lagi, akan ada kajian tambahan mengenai penangguhan atau penilaian ulang terhadap investasi dalam smelter HPAL dengan teknologi terbaru yang lebih efisien, termasuk analisis mendalam tentang aspek risiko ekonomi dari projek hilirisasi tersebut," ungkap Djoko.
Di Indonesia, sejumlah proyek HPAL telah dimulai, di antaranya termasuk sebuah proyek joint venture PT Aneka Tambang (Persero) Tbk yaitu Antam bersamaan dengan sebuah firma dari Cina, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL)
Proyek smelter HPAL ini merupakan bagian dari konsortrium proyek Dragon dan menjadi salah satu projek baterai untuk kendaraan listrik yang ter integrasi dibawah payung IBC.
Terdapat juga smelter HPAL miliknya. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) berkolaborasi dengan perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou), yang akan didirikan di Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah. Proyek ini direncanakan rampung pada separuh awal tahun 2025.
Lalu smelter HPAL milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO), bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., dan Ford Motor Company, selaku konsumen akhir baterai, berencana membangun pabrik pemurnian High-Pressure Acid Leach (HPAL) di area Blok Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Posting Komentar untuk "Hilirisasi Baterai EV Berasal dari Nikel: Kendala Utama Ini Menghambat Progres"